Bahaya Plastik

Bahaya Plastik Kresek
Karsinogenik penyebab kanker

Badan pengawas obat dan makanan (BPOM) mengingatkan masyarakat agar tidak menggunakan kantong plastik atau tas kresek berwarna untuk mewadahi makanan siap santap secara langsung. Sebab bahan kimia dalam plastik daur ulang itu beresiko membahaykan kesehatan.

Menurut Guru Besar Ilmu kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Pencegahan pada Fakulta Kedokteran Undip, Prof Dr Anies Mkes PKK, kantong plastik warna hitam bersifat karsinogenik bisa menyebabkan kanker dalam jangka panjang. Plastik dari proses daur ulang itu diragukan kebersihannya. Padahal dalam proses pembuatannya plastik tahan panas biasanya ditambah senyawa penta kloro bifenil (PCB) yng berfungsi sebagai satic agent. PCB menentukan kualitas plastik. “oleh karena itu, plastik tahan panas dimungkinkan mengandung PCB lebih banyak. Ini berbahaya bagi manusia,” kata dia.

Pengaruh keracunan PCB pada manusia telah lama diketahui. Di jepang keracunan PCB menimbulkan penyakit yusho. Tanda dan gejala keracunan berupa pigmentasi pada kulit dan benjolan-benjolan, gangguan pada perut, tangan dan kaki lemas. Pada ibu hamil bisa menyebabkan kematian bayi dalam kandungan, serta bayi lahir cacat. Sedang pengaruh keracunan dalam jangka waktu lama atau menahun pada manusia oleh PCB antara lain kematian jaringan hati serta kanker hati.

“memang bahayanya jikia plastik dipakai membungkus makanan atau minuman dalam keadaan tidak tampak atau terjadi secara langsung pada saat menggunakan pliastik, karena efek karsinogeniknya, bersifat juangka panjang. Karena itu untuk mengurangi bahaya plastik bagi kesehatan maupun lingkungan hidup dianjurkan sedikit mungkin menggunakan plastik untuk berbagai keperluan. “tutur pakar kedoktern lingkungan itu.

Selain plastik, bahan pengemas styrofoam atau polystyrene juga menjadi pilihan untuk mengemas makanan siap saji. Styrofoam yang dibuat dari kopolimer styren mampu mencegah kebocoran, dan tetap mempertahankan bentuknya saat dipegang.

Selain itu bahan itu mampu mempertahankan panas dan dingin, tetapi tetapnyaman dipegang, serta mempertahankan kesegaran dan keutuhan bahan yang dikemas. Biaya jadi lebih murah, lebih aman serta ringan.

Namun dari hasil penelitian, styrofoan tidak aman digunakan. Pada Juli 2001, Divisi kemanan pangan pemerintah Jepang mengungkapkan residu Styrofoam dlam makanan yng sangat berbahaya. Residu itu dapat mnyebabkan endocrine disrupter (EDC), yaitu suiatu penyakit yang terjadi akibat adanya gangguan pada sistem endokrinologi dan reproduksi manusia, akibat bahan kimia karsinogen dalam makanan.

Dalam styrofoam ditemukan kandungan Dioctyl Phthalate (DOP) yang menyimpan zat benzen yakni suatu larutan kimia yang sulit dilumat oleh sistem pencernaan. Benzen ini juga tidak bisa dikeluarkan melalui kotoran atau air kencing. Akibatnya, zat ini semakin lama semakin menumpuk dan terblut lemak, yang bisa memicu munculkan penyakit kanker.

“benzena bisa menimbulkan masalah pada kelenjar tiroid, mengganggu sistem saraf sehingga menyebabkan kelelahan, mempercepat detak jantung, sulit tidur badan menjadi gemetaran, dan menjadi mudah gelisah. Pada beberapa kasus, benzena bahkan dapat mengakibatkan hilang kesadaran atau kematian. Saat benzena termakan, dia masuk ke sel-sel darah dan lama- kelamaan akan merusak sumsum tulang belakang. Akibatnya produksi sel darah merah berkurang dan timbullah anemia, “jelas Anies.

Efek lainnya sistem imun akan berkurang sehingga kita mudah terinfeksi. Pada wanita, zat ini berakibat buruk pada siklus menstruasi dan mengancam kehamilan. Yang paling berbahaya, zat ini bisa mengakibatkan kanker payudara dan kanker prostat.

Namun menurut Prof Dokter Ichrodjuddin Nasution SpFK, ahli farmakologi klinik, penggunaan dalam jumlah kecil dan frekuensi yang tidak sering, tidak akan berbahaya bagi tubuh. Sebab, tubuh memiliki alat detoksifikasi atau penghilang racun di organ hati. “asal jumlahnya tidak terlalu banyak yang masuk dalam tubuh, tidak apa-apa. Tubuh kita bisa menghilangkan racun tiu dengan sendirinya,” ujarnya.

Tapi jangan menggunakan plastik untuk membungkus langsung makanan panas. Misalnya larutan panas seperti bakso atau makanan berkuah lainnya. “kenyataannya selama ini tidak ada kejadian berbahaya akibat menggunakan plastik.”

Survey di AS tahun 1986 mununjukkan 100% jaringan lemak orang amerika mengandung styrene berasal dari styrofoam. Penelitian dua tahun kemudian menyebutkan kandungan styrene sudah mencapai ambang batas sehingga menimbulkan gangguan saraf.

Bahkan penelitian di New Jersey ditemukan 75% ASI (air susu ibu) terkontaminasi Styrene, karena si ibu-ibu menggunakan wadah styrofoam saat mengkonsumsi makanan. Styrene bisa berimigrasi ke janin melalui plasenta pada ibu-ibu hamil. 16 juli 2009


1 Comments

komentarmu, aku tunggu! no spam!